MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN
SPERMA DAN OVUM
Disusun Oleh:
Ninin
Ratna Sari (1230042)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ARTHA BHODI ISHWARA
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Sperma dan
Ovum“.
Penulisan ini merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN pada program
studi DIII kebidanan SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA. Dalam penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap
semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal’Alamiin.
Penyusun
DAFTRA ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang............................................................................................................ 1
I.2 Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
II.1
DEFINISI OVUM DAN SPERMA.................................................................... 3-4
II.2 STRUKTUR OVUM............................................................................................... 4
II. 3 STRUKTUR SPERMA........................................................................................... 5
II.4 OOGENESIS........................................................................................................ 5-7
II.5 PROSES
OOGENESIS DIPENGARUHI OLEH HORMON.............................. 7
II.6 SPERMATOGENESIS........................................................................................ 7-8
II.7 PROSES PEMBENTUKAN SPERMA DIPENGARUHI HORMON................. 8
II.8 KELAINAN PADA OVUM.............................................................................. 8-10
II.9 KELAINAN PADA SPERMA........................................................................ 10-13
BAB
III PENUTUP
III. 1 KESIMPULAN................................................................................................... 14
III. 2 SARAN................................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Pernahkah kalian memikirkan proses
tumbuhnya badan bayi hing-ga dewasa? Dari bayi, kita dapat tumbuh menjadi
bentuk sekarang ini disebabkan sel-sel di dalam tubuh kita terus-menerus
memperbanyak diri melalui pembelahan sel. Oleh karena itu, pembelahan sel
meru-pakan faktor penting dalam hidup kita. Sel merupakan bagian terkecil yang
menyusun tubuh kita. Setiap sel dapat memperbanyak diri dengan membentuk
sel-sel baru melalui proses yang disebut pembelahan sel atau reproduksi sel .
Pada organ-isme bersel satu (uniseluler ), seperti bakteri dan protozoa, proses
pem-belahan sel merupakan salah satu cara untuk berkembang biak. Proto-zoa
melakukan pembelahan sel dari satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat,
dan dari empat sel menjadi delapan, dan seterusnya.
Pada
makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel mengakibatkan
bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah proses pertumbuhan
pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel kelamin atau sel
gamet yang bertanggung jawab dalam proses perkawinan antar individu. Setelah
dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh manusia membelah membentuk sel-sel
kelamin.
Seorang
laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita menghasilkan
sel telur atau ovum di dalam ovarium.
Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan
menjadi dua, yaitu pembelahan secara langsung (amitosis) dan pembelahan secara
tidak langsung (mitosis dan meiosis). Apa yang dimaksud dengan pembe-lahan sel secara
langsung maupun tidak langsung tersebut? Kalian akan mengetahuinya dengan
menyimak penjelasan berikut.
I.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti
dan memahami teori- teori dalam memahami tentang“ sperma dan ovum “ selama proses
belajar mengajar, sehingga dapat menerapkan secara nyata dan untuk menambah
pengetahuan secara luas serta meningkatkan pemahaman tentang sperma dan ovum.
Tujuan
khusus
Mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Memahami
tentang struktur sperma dan ovum
2. Memahami
tentang pembelahan pada sperma dan ovum
3.
Memahami tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi sperma dan ovum
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. DEFINISI OVUM DAN SPERMA
Sel telur (ovum) adalah sel reproduksi (gamet) yang
dihasilkan oleh ovarium dari organisme berjenis kelamin betina. Berbeda
dengan hewan (termasuk manusia), tumbuhan betina juga menghasilkan sel telur
yang terlindung oleh bakal biji (ovulum). Sel telur manusia, berbentuk bulat,
berdiameter lebih-kurang 145 µm, dengan jumlah kromosom 23 (haploid / n).
Pewarisan sifat (informasi genetik) dari pihak wanita, terdapat dalam sel telur
ini.
Sel telur manusia, tidak dapat diperbaharui.
Sel telur manusia, tidak dapat diperbaharui.
Sel
telur manusia hanya dibuat sekali, yaitu pada saat masih janin (dalam kandungan
ibu). Indung telur (ovarium) tidak memproduksi sel telur. Ovarium hanya
melepaskan sel telur yang telah matang / siap dilepaskan, dan itupun dapat
dipastikan "hanya sebulan sekali". Sel telur tersebut adalah sel telur
yang bertumbuh-kembang sejak masa janin. Akibatnya, jumlah sel telur senantiasa
berkurang, sejalan dengan bertambahnya peluang kalainan pada
"mainboard" sistem informasi genetik manusia. Semakin tua seorang
wanita saat hamil, akan semakin besar pula peluang / kemungkinan terjadinya
anak dengan kelainan / kecacatan. Secara umum, batasan usia reproduksi sehat
bagi wanita berkaitan dengan.
Sperma istilah berasal dari kata Yunani
(σπέρμα)''''sperma (yang berarti "benih") dan mengacu ke sel-sel
reproduksi laki-laki. Dalam jenis reproduksi seksual dikenal sebagai anisogamy
dan oogamy, ada perbedaan ditandai dalam ukuran gamet dengan yang lebih kecil
yang disebut sel "laki-laki" atau sperma.
Sel sperma manusia adalah sel
reproduksi pada laki-laki dan hanya akan bertahan hidup di lingkungan yang
hangat, sekali meninggalkan tubuh kelangsungan hidup sperma berkurang dan dapat
menyebabkan sel mati, mengurangi kualitas sperma. Sel sperma datang dalam dua
jenis; "laki-laki" dan "perempuan". Sperma sel-sel yang
menimbulkan perempuan (XX) keturunan setelah pembuahan berbeda dalam bahwa
mereka membawa kromosom X, sedangkan sperma sel-sel yang menimbulkan laki-laki
(XY) keturunan membawa kromosom Y.
II.2 STRUKTUR OVUM
Beberapa lapisan pelindung, yaitu :
1.
Membran
Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum.
2.
Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum
yang tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung
reseptor untuk spermatozoa.
3.
Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel
granulosa yang melekat disisi luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang
paling tebal.
Ovum merupakan gamet betina yang
nantinya akan melakukan fusi (penyatuan) dengan spermatozoon untuk membentuk
zigot pada proses pembuahan. Ovum pada manusia bersifat microlechital yaitu
ovum dengan kuning telur yang sedikit dan memiliki ukuran kecil dengan
rata-rata berdiameter 1,5µ.
II. 3 STRUKTUR SPERMA
Sperma yang pertama kali terlihat
pada tahun 1677 oleh Antonie van Leeuwenhoek menggunakan mikroskop, ia
menggambarkan mereka sebagai animalcules (binatang kecil), mungkin karena
keyakinannya pada preformationism, yang meskipun masing-masing berisi bahwa
sperma manusia sepenuhnya terbentuk tetapi kecil.
Sel sperma terdiri dari kepala,
bagian tengah dan ekor. Kepala berisi inti dengan kromatin yang padat serat
melingkar, dikelilingi oleh akrosom anterior, yang berisi enzim yang digunakan
untuk menembus sel telur wanita. Bagian tengah memiliki inti berfilamen pusat
dengan berputar di sekitar itu banyak mitokondria, digunakan untuk produksi ATP
untuk perjalanan melalui rahim, leher rahim perempuan dan tabung rahim. Ekor
atau "flagel" mengeksekusi gerakan cambuk yang mendorong spermatosit
tersebut.
Pada manusia laki-laki, sel sperma
terdiri dari 5 pM kepala oleh 3 pM dan 50 ekor pM panjang. Para flagelata ekor,
yang mendorong sel sperma (sekitar 1-3 mm / menit pada manusia) dijahit dalam
kerucut elips. Semen memiliki sifat alkali, dan mereka tidak mencapai motilitas
penuh (hipermotilitas) sampai mereka mencapai vagina dimana pH basa dinetralkan
oleh cairan vagina bersifat asam. Proses bertahap memakan waktu 20-30 menit.
Saat ini, fibrinogen dari vesikula seminalis bentuk gumpalan, mengamankan dan
melindungi sperma. Sama seperti mereka menjadi hypermotile, fibrinolisin dari
prostat melarutkan bekuan, yang memungkinkan sperma untuk kemajuan optimal.
II. 4 Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam
ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium
bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
1.
Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam
ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium
germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan).
Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel
pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara
bersama-sama membentuk folikel primordial.
2.
Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex
ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel
primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa
kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu
folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf
dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit
Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom
(2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin,
dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu
kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf
mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum
membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing
mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena
mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang
lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar
primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan
meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan
badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
5. Oosit
Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya
terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit
sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum
dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu
ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar
tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah
mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
II.5. Proses Oogenensis Dipengaruhi Oleh Hormon
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
b.Hormon LH (Luteinizing Hormone) yang Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu
proses pengeluaran sel ovum)
c. Hormon estrogen yang
berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
d. Hormon progesteron yang berfungsi juga untuk menebalkan dinding endometrium.
II. 6 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses di mana sel-sel
germinal primordial pria yang disebut spermatogonium
menjalani meiosis dan menghasilkan sejumlah sel yang
disebut spermatozoa.
Salah satu sel awal dalam jalur ini
disebut spermatosit primer. Setiap spermatosit primer membelah
menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing spermatosit sekunder
menjadi dua spermatid atau spermatoszoa muda. Sel ini berkembang menjadi
spermatozoa matang, yang disebut sel sperma. Dengan demikian, spermatosit
primer menghasilkan dua sel, spermatosit sekunder, dengan subdivisi yang
menghasilkan empat spermatozoa.
II. 7 Proses PembentukanSsperma (Spermatogenesis)
Dipengaruhi Hormon
1. Hormon FSH yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan sperma secara langsung serta merangsang sel sertoli
untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium
dalam melakukan spermatogenesis.
2. Hormon LH yang berfungsi merangsang
Sel Leydig untuk memperoleh sekresi Testosterone (Suatu hormon seks yang
penting untuk perkembangan sperma).
II. 8 Kelainan Pada Ovum
Blighted
ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di
dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala
kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan
(morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan
saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun
positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum)
yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang
telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk
plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam
di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin)
dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak
sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.
Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah, ngidam dan menyebabkan
tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk
mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang wanita baru dapat
diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG
transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan
memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih
besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan
tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak
spesifik, maka biasanya blighted ovum
baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan
perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat
disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.
Sekitar
60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur
dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis
(diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta
faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan
blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua
karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Jika telah didiagnosis blighted
ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim
(kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi
penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak
berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi
sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Untuk mencegah terjadinya blighted
ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan
TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit
disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom
terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar
kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan
pola hidup sehat.
II. 9 Kelainan Pada Sperma
Betapa pentingnya fungsi sperma dalam
sebuah proses kehamilan. Sehingga, kelainan pada sperma dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi reproduksi pria. Kasus-kasus yang banyak terjadi pada pria
adalah:
II.9.1. Jumlah sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan semen. Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. "Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8," papar dr. Bowo. Nah, volume cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal.
Dalam cairan semen inilah jumlah
spermatozoa merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal,
jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa
yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali
(azoospermia).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam
cairan semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar
sekitar reproduksi pria. Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan
mempertahankan kualitas spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk
ke dalam saluran reproduksi wanita.
Salah satu kriteria kesuburan pria
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah terdapat 15 juta ekor sperma dalam
setiap mililiter cairan mani. Jika ada kelainan jumlah, bisa dikatakan pria
tersebut mengalami gangguan kesuburan.
Beberapa kondisi medis memang bisa menyebabkan rendahnya kualitas sperma:
A. Kegemukan
Bobot tubuh berlebih tidak hanya
memengaruhi jumlah sel sperma tapi juga meningkatkan kerusakan sel seperma.
Menurut penelitian dari Harvard University, hal itu disebabkan karena kelebihan
lemak bisa mengurangi kadar hormon testosteron dan meningkatkan estradiol,
hormon seks wanita.
B.
Obat impotensi
Meski pria berusia lanjut merupakan
target obat disfungsi ereksi, kini makin banyak saja pria berusia muda yang
ikut mengonsumsi pil biru dan sejenisnya tanpa resep dokter. Padahal hasil
riset yang dilakukan di Inggris menemukan obat disfungsi ereksi seperti Viagra,
Levitra dan Cialis bisa merusak kepala sperma sehingga sperma makin sulit untuk
melakukan penetrasi ke dalam sel telur dan memulai pembelahan sel.
C. Kekurangan zinc
Sebuah studi menemukan kadar zinc pada pria yang
subur lebih tinggi dibanding pada pria yang infertil. Para ahli menyebutkan
zinc berperan untuk melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel sperma. Penuhi
kebutuhan akan zinc melalui sereal, multivitamin atau konsumsi daging.
D. Radiasi ponsel
Peneliti dari Cleveland Clinic menemukan
makin sering pria menggunakan ponselnya, makin rendah jumlah sperma yang
dihasilkannya. Penelitian terpisah yang dilakukan tim dari Australia menemukan
sebabnya. Frekuensi 1,8 gigahertz yang dipakai dalam ponsel akan meningkatkan
jumlah radikal bebas yang bisa merusak sel sperma dan mengurangi kemampuan
gerak sperma.
E. Kurang asupan serat
Tim dari University of California
menemukan pria yang kekurangan asam folat, memiliki sperma dengan jumlah
kromosom yang salah 20 persen lebih tinggi dibanding pria yang cukup akan asam
folat. Sumber terbaik asam folat adalah sayuran hijau, seperti bayam,
asparagus, dan lain sebagainya.
F. Merokok
Kebiasaan
merokok bukan hanya menyebabkan penyakit kronis, namun juga memengaruhi jumlah
dan kualitas sperma. Para ahli percaya, saat merokok tubuh kita akan dibanjiri
oleh radikal bebas. Bukan cuma menyebabkan sel kanker, hal ini juga akan memicu
kerusakan DNA pada sperma.
G. Depresi
Para ahli dari Cornell University
mengungkapkan, seorang pria yang mengonsumsi obat antidepresan beresiko tinggi
mengalami kerusakan DNA pada spermanya. Kerusakan DNA tersebut akan menyebabkan
berkurangnya kesuburan dan meningkatkan risiko cacat pada janin
II.9.2. Kelainan Bentuk
(Morfologi)
Sperma yang normal berbentuk seperti
kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil
atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan
mempersulit sel sperma mencapai sel telur.
II.9.3.
Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus
mampu melakukan perjalanan panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya
pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang
normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati
jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur.
Kasus lemahnya pergerakan sperma
(asthenozoospermia) kerap dijumpai. Adakalanya malah spermatozoa mati
(necrozoospermia). Gerakan spermatozoa dibagi dalam 4 kategori:a. Bergerak
cepat dan maju lurusb. Bergerak lambat dan sulit maju lurusc. Tak bergerak maju
(bergerak di tempat)d. Tak bergerak. Sperma dikatakan normal bila memiliki
gerakan normal dengan kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori
b lebih besar atau sama dengan 50% Spermatozoa yang normal satu sama lain
terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu,
spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak bergerak.
"Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi," jelas Tri Bowo.
Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur
menolak sel sperma.
II.9.4. Cairan Semen
Terlalu Kental
Cairan semen yang terlalu kental
mengakibatkan sel sperma sulit bergerak. Pembuahan pun jadi sulit karena sel
sperma tak berhasil mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat diejakulasikan,
cairan semen dalam bentuk yang kental akan mencair (liquifaksi) antara 15-60
menit.
II.9.5. SaluranTersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari
testis menuju penis melalui saluran yang sangat halus. Jika saluran-saluran itu
tersumbat, maka sperma tak bisa keluar. Umumnya hal ini disebabkan trauma pada
benturan. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin sehingga
menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.
II.9.6. Kerusakan
Testis
Testis dapat rusak karena virus dan
berbagai infeksi, seperti gondongan, gonorrhea, sifilis, dan sebagainya. Untuk
diketahui, testis merupakan pabrik sperma. Dengan demikian kesehatannya harus
dijaga. Soalnya, testis yang sehat akan menghasilkan sperma yang baik secara
kualitas dan kuantitas. Testis ini sangat sensitif. Mudah sekali
dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Jika testis terganggu, produksi sperma
bisa terganggu. Mungkin saat berhubungan, pria tetap mengeluarkan sperma. Hanya
saja tanpa sel sperma (azoospermia).
BAB
III
PENUTUP
III.I.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas dapat kita simpulakn bahwa sperma merupakan suatu sel yang
dihasilkan oleh pria yang diproduksi di testis yang membawa kromosom XY sebagai
penentu sel kelamin pada anak yang di hasilkan nanti, setelah terjadinya
konsepsi antara sel ovum dengan sperma.
Sedangkan
ovum merupakan sel yang dihasilkan oleh wanita yang diproduksi oleh ovarium yang membawa kromosom XX. Apabila mengalami
migrasi dengan sperma akan mengalami pembelahan berbentuk zigot, morula,
balstula hingga berbentuk janin.
III.2.
SARAN
·
Bagi
petugas
Meningkatkan peranan tenagan
kesehatan dalam fungsinya sebagai pelaksana kesehatan
·
Bagi
pasien
Diperlukan kerjasama yang baik
antara pasien dengan petugas
·
Bagi
mahasiswa
Harus lebih aktif bekerja dalam
mencari pengalaman
·
Bagi
pendidikan
Lebih memperhatikan penulis dan
kelompok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar